Kumpulan Puisi Tentang Bencana Alam Lengkap
Puisi Tentang Bencana Alam – Puisi adalah bentuk sastra yang memiliki aturan-aturan tertentu, seperti irama, mantra, rima, baris, dan bait dan juga dapat diartikan sebagai ekspresi emosi, imajinasi, ide, pemikiran, irama, nada, tata bahasa, perumpamaan, kesan yang diberikan melalui indera, dan perasaan. Jenis Puisi adalah bentuk ekspresi yang memperhatikan aspek suara di dalamnya, serta merupakan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair dari kehidupan individu dan sosialnya serta dikemas dengan teknik tertentu sehingga dapat menimbulkan pengalaman tertentu pada pembaca atau pendengarnya.
Puisi Tentang Bencana Alam
Puisi tentang bencana alam adalah puisi yang menggambarkan atau menceritakan tentang bencana alam yang terjadi, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, kebakaran hutan, dan sebagainya. Bencana alam merupakan suatu kejadian yang tidak terduga dan sangat membahayakan bagi kehidupan manusia. Puisi tentang bencana alam biasanya menggambarkan perasaan atau emosi penulis tentang bencana alam tersebut, seperti kekhawatiran, kecemasan, ataupun rasa sedih.
Unsur-Unsur Puisi
Puisi memiliki dua unsur penting yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Berikut adalah ulasan singkatnya.
Unsur intrinsik
Unsur intrinsik puisi adalah elemen-elemen yang terkandung dalam puisi dan mempengaruhi puisi sebagai karya sastra. Yang termasuk unsur intrinsik puisi adalah diksi, imaji, majas, bunyi, rima, ritme, dan tema.
1. Diksi atau pemilihan kata.
Dalam membuat puisi, penyair harus memilih kata-kata dengan cermat dengan cara mempertimbangkan makna, komposisi bunyi dalam rima dan irama, posisi kata di tengah konteks kata lainnya, dan posisi kata dalam puisi secara keseluruhan.
2. Imaji atau daya bayang.
Imaji atau daya bayang dalam membuat puisi adalah penggunaan kata-kata yang konkret dan khas yang dapat menimbulkan imaji visual, auditif, atau taktil.
3. Majas atau gaya bahasa.
Majas atau gaya bahasa atau bahasa figuratif dalam puisi adalah bahasa yang digunakan penyair untuk menyampaikan sesuatu dengan cara yang tidak biasa atau dengan menggunakan kata-kata yang bermakna kiasan atau lambing.
4. Bunyi.
Bunyi dalam puisi mengacu pada penggunaan kata-kata tertentu sehingga menimbulkan efek nuansa tertentu.
5. Rima.
Rima adalah persamaan bunyi atau pengulangan bunyi dalam puisi yang bertujuan untuk menimbulkan efek keindahan.
6. Ritme.
Ritme dalam puisi mengacu pada dinamika suara dalam puisi agar tidak terasa monoton bagi pengikut puisi.
7. Tema.
Tema dalam puisi mengacu pada ide atau gagasan utama yang ingin disampaikan oleh penulis melalui puisinya.
Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik puisi adalah elemen-elemen yang berada di luar puisi dan mempengaruhi keberadaan puisi sebagai karya seni. Adapun yang termasuk dalam unsur ekstrinsik puisi adalah aspek historis, psikologis, filosofis, dan agama.
1. Aspek historis
Mengacu pada elemen-elemen sejarah atau gagasan yang terkandung dalam puisi.
2. Aspek psikologis
Mengacu pada aspek kejiwaan penulis yang tercermin dalam puisi.
3. Aspek filosofis.
Beberapa ahli menyatakan bahwa filosofi sangat erat kaitannya dengan puisi atau karya sastra secara keseluruhan dan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa filosofi dan karya sastra, dalam hal ini puisi, tidak saling terkait satu sama lain.
4. Aspek agama
Dalam puisi mengacu pada tema yang umum ditangani oleh penulis dalam puisi.
Kumpulan Puisi Tentang Bencana Gempa Bumi
Puisi tentang Bencana Alam Banjir
1. Rintih Bermain Air
Anak kecil disamping rumah,
Dengan ceria bermain air,
Menyepak dan menyembur,
Berlari dan berenang.
Awalnya aku terpukau,
Tapi kenyataan berkata lain,
Mereka sejatinya tengah merintih,
Tertawa dalam tangisan.
Pedih, mengiris dan duka,
Penyakit mengintai mereka,
Berada di sekeliling mereka,
Bahwa itu adalah bencana.
Bersabarlah sayang,
Maafkan Mereka,
Jadilah anak yang setia,
Untuk menjaga alam semesta,
Kala kau beranjak dewasa.
Jangan kau sesali,
Aku tahu kau belum mengerti,
Aku paham kau masih buta dan tuli,
Namun inilah yang terjadi,
Jadikan cobaan alam sebagai penyadar diri.
2. Ketika Sungai Berang
Setiap pagi kau mandi disana,
Begitu pula sorenya,
Bila masa kau libur,
Puluhan helai kain kau cuci,
Hingga pulang menyisakan buih.
Namun, sampah itu kau biarkan,
Mengalir dan terus mengalir,
Hingga menyumbati alirannya,
Sampai masanya kau sadar,
Bahwa air telah berang.
Jangan kau sesali,
Sesungguhnya ada suatu muak,
Rasa sabar yang habis,
Tertelan keegoisan manusia,
Tanpa ada peduli dan mau menjaga.
Rasakanlah,
Kala genangan membuatmu sulit,
Untuk berpijak dan melangkah di rumah.
Belajarlah,
Bahwa apa yang tanah,
Itulah yang kan dipetik.
Ketika air sudah berang,
Meluluhlantakkan yang dilewati,
Menghancurkan yang diterpa,
Hingga bisanakan yang kau sayangi.
Belajarlah.
Puisi tentang Bencana Alam Tsunami
1. Gelombang Amarah
Aku mendengar, ribuan isak tangis,
Menyaksikan, muka-muka penuh haru,
Melihat, anak kecil menukik mencari ibunya,
Tersentuh, kala menyentuh tangan mereka berdebu,
Tak terasa, air mataku mengalir jatuh.
Mereka meronta, mereka belum siap,
Menerima memori yang senyap,
Ketika gelombang laut menghantam daratan,
Kemana hendak berlari?
Kemana akan sembunyi?
Pilu, begitu menyayat hati.
Mayat-mayat bergelimpangan,
Tak jelas status dan asalnya,
Begitu luka mencabik asa,
Jutaan do’a terkirim sudah,
Dari seluruh penjuru dunia.
Ya Allah, begitu berat cobaan ini,
Begitu menangis negeri ini,
Atas sisa yang diciptakan Tsunami,
Meninggalkan luka yang ternaung sepi.
Ya Allah, maafkan mereka,
Maafkan jasad yang terdampar,
Maafkan mayat yang tercerai,
Maafkanlah negeri ini,
Hanya pada-Mu, Yang Maha Pemberi.
2. Melebur Asa
Semua berubah,
Setelah ombak itu menggulung,
Menghantam dalam-dalam,
Menitip luka pada relung.
Semua jadi berbeda,
Selepas gelombang melanda,
Meluluhlantakkan semua cerita,
Yang tertinggal hanyalah do’a.
Semua menghilang,
Sesudah laut Tuhan murka,
Menyuruh mereka untuk pulang,
Serta meleburkan secercah asa.
Semua terlihat murung,
Menikmati pilu yang dirudung,
Menyirnakan seluruh impian,
Yang indah di masa depan.
Semua mengutuk diri,
Atas apa yang telah terjadi,
Hanya ratapan penggetar bumi,
Dari tanah Ibu Pertiwi.
Oh, Tsunami.
Puisi Bencana Alam Gempa Bumi
1. Bumi Bergetar
Ketenangan malam,
Yang dingin dan mencekam,
Lampu kamar mulai padam,
Berbaring dengan mata terpejam.
Belum lama raga melayang,
Aku tersentak dengan tegang,
Merasakan bumi yang berguncang,
Kuberlari terluntang-luntang.
Bumi terasa amat menakutkan,
Dingin dan pucat menyelimuti badan,
Ke luar rumah, dari dalam ruangan,
Meluluhlantakkan segenap kedamaian.
Bumi bergetar, alam menggelegar,
Sejenak hilangnya suatu tegar,
Membayangkan asa yang kan pudar,
Bunga-bunga gagal mekar.
Oh Tuhan,
Ada apa dengan Bumiku?
Apakah dia marah?
Kenapa jadi sangar?
Oh Tuhan, Maafkan Kami.
2. Datang Tak Diundang
Pagi itu,
Cuaca begitu cerah,
Sinar Surya bersinar sumringah,
Hingga rasa dan selera tergugah.
Kulangkahkan kaki keluar rumah,
Menjemput rezeki dari Allah,
Meninggalkan rasa untuk menyerah,
Menuju masa depan yang cerah.
Namun, tiba-tiba saja,
Ada tamu tak diundang,
Datang kala ku ditengah perjalanan,
Bumi bergetar dan berguncang,
Sontak mengagetkan umat waktu siang.
Semua berlari terluntang-lanting,
Situasi begitu genting,
Panik, cemas dan takut,
Bercampur aduk dalam satu waktu.
Gempa bumi,
Kau adalah tamu tak diundang,
Tanpa isyarat dan tanda,
Terpaksa kami menghadang,
Meski akhirnya menyisakan luka.
Demikian ulasan mengenai Kumpulan Puisi Tentang Bencana Alam Lengkap, semoga mudah kalian pahami dan resapi, serta bisa menambah wawasan buat kalian yang sedang mencari puisi dengan tema bencana alam. Semoga bermanfaat